Skip to main content

CelotehKu: Menyoal Kuasa Uang!

Gerbong Kereta Sri Tanjung

Salah satu kekhawatiran terbesar manusia adalah tidak adanya uang. Ini menjadi niscara sebab hampir semua lini kehidupan manusia tidak bisa lepas dari uang. Uang merupakan sistem yang manusia ciptakan sendiri sebagai tolok ukur akan kepemilikan harta. Ia telah melewati sejarah panjang, bahkan bentuknya di masa dulu pun berbeda dari yang ada sekarang.

Sejatinya, uang adalah sistem ciptaan manusia sendiri untuk mempermudah segala aktivitasnya dalam hal ekonomi. Mulai dari jual beli, upah, dan lain sebagainya. Tentu tidak terbayang betapa susahnya jika sistem transaksi jual-beli manusia masih menggunakan barter atau tukar menukar barang yang memiliki nilai setara. Bayangkan saja, benda apa yang akan digunakan sebagai alat tukar menukar seseorang yang ingin memiliki pesawat pribadi misalnya?

Meski demikian, dalam perkembangannya uang yang tadinya digunakan untuk mengukur dan menilai kekayaan seseorang seakan telah berubah menjadi alat untuk mengukur nilai seseorang itu sendiri. Ia secara tidak langsung juga menciptakan kelas sosial dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, orang dengan keberlimpahan harta hampir bisa dipastikan menjadi terpandang di mata banyak orang. Bahkan seseorang dengan kekayaan besar dapat memiliki kuasa (dominasi) terhadap orang lain –dalam kajian sosial kita mengenal istilah patron-klien.

Sumenep, Madura
Uang secara tidak langsung juga memiliki kuasa dalam membentuk perilaku seseorang. Sebagai contoh, orang yang terbiasa mendapatkan uang (secara mudah) dengan meminta-minta cenderung nyaman berprofesi sebagai pengemis. Fenomena ini mudah di jumpai khususnya di Indonesai. Tengok saja berita-berita lampau ihwal pengemis musiman (lebaran) yang terjadi beberapa tahun belakangan.

Ihwal ini, manusia sebagai makhluk berakal, beragama, dan berbudaya seharusnya dapat mengambil sikap lebih baik dalam menilai uang. Terlebih, teks agama berkali-kali mengingatkan akan ke-fana-an hal-hal duniawi, termasuk uang. Sebab uang bukanlah segalanya. Ia bukan sumber kebahagiaan sejati, tapi kebahagiaan sejatinya muncul dan ada di dalam diri.

Comments

Popular posts from this blog

CelotehKu: Menuju Tak Terbatas, Wujudkan Mimpi

Barus, Tapanuli Tengah Mimpi sekedar menjadi angan apabila tidak diupayakan dan diperjuangkan sehingga menjadi nyata. Seperti halnya sepeda tidak akan pernah berjalan tanpa digoes. Buah mangga akan tetap berada di pohonya, jika kau mendamba maka panjat dan petiklah. Sesederhana itulah perumpamaannya. Tuhan menerapkan hukum alam ketika dunia dicipta-Nya. Tak perlu berburuk sangka, bahwa mimpi, cita-cita, sekedar khayal pikiran yang setiap saat dapat berubah seiring berubahnya selera. Memang ia sekedar angan tak berarti jika tak kau upayakan. Dan untuk mewujudkan mimpi, Tuhan pun telah menganugerahkan berbagai potensi kepada kita, manusia. Tentunya kita sekalian tidak ingin mengkhianati diri, mengkhianati potensi itu bukan? Candi Sambisari Menuju Tak Terbatas; Wujudkan Mimpi Salah satu dongeng nusantara menyebutkan bahwa candi sewu (seribu candi) konon hampir bisa dibangun dalam waktu semalam oleh seorang pemuda bernama Bandung Bondowoso. Candi-candi itu ia bangun sebagai syarat yang d

CelotehKu; Membuang Pikiran Kotor

  Sepertinya pikiranku kembali mulai kotor. Aku tak bisa berpikir jernih, bahkan untuk menulis artikel yang bahannya sudah ku baca pun rasanya begitu sulit. Hampir tak satupun kalimat lengkap muncul di pikiran. Sekedar terasa sedikit berat seperti tengah diikat, itu saja yang aku rasakan. Oleh sebab itu, aku sejenak memutuskan untuk membuat halaman baru dan menulis bebas dalam rangka menstimulasi otak  dan melatih diri agar dapat berpikir kembali sembari membuang pikiran-pikiran negatif. Barangkali tontonan-totonan tak sehatlah yang terus menggerus pikiran warasku beberapa hari ini. Amat bahaya memang jika setiap hari yang dikonsumsi otak adalah ‘makanan’ tak sehat, lebih-lebih itu dilakukan dalam intensitas yang cukup tinggi. Sebab hal itu dapat tertanam jauh di dalam alam bawah sadar tanpa kita sadari. Tak salah apa yang disarankan para pakar agar senantiasa memberikan ‘nutrisi’ bagi akal sehat. Akal sehat pun dapat berubah tak waras jika terus-terusan mendapat makanan sampah, s