Gerbong Kereta Sri Tanjung |
Salah satu kekhawatiran terbesar
manusia adalah tidak adanya uang. Ini menjadi niscara sebab hampir semua lini
kehidupan manusia tidak bisa lepas dari uang. Uang merupakan sistem yang
manusia ciptakan sendiri sebagai tolok ukur akan kepemilikan harta. Ia telah
melewati sejarah panjang, bahkan bentuknya di masa dulu pun berbeda dari yang
ada sekarang.
Sejatinya, uang adalah sistem
ciptaan manusia sendiri untuk mempermudah segala aktivitasnya dalam hal
ekonomi. Mulai dari jual beli, upah, dan lain sebagainya. Tentu tidak terbayang
betapa susahnya jika sistem transaksi jual-beli manusia masih menggunakan
barter atau tukar menukar barang yang memiliki nilai setara. Bayangkan saja,
benda apa yang akan digunakan sebagai alat tukar menukar seseorang yang ingin
memiliki pesawat pribadi misalnya?
Meski demikian, dalam
perkembangannya uang yang tadinya digunakan untuk mengukur dan menilai kekayaan
seseorang seakan telah berubah menjadi alat untuk mengukur nilai seseorang itu
sendiri. Ia secara tidak langsung juga menciptakan kelas sosial dalam kehidupan
manusia. Sebagai contoh, orang dengan keberlimpahan harta hampir bisa
dipastikan menjadi terpandang di mata banyak orang. Bahkan seseorang dengan
kekayaan besar dapat memiliki kuasa (dominasi) terhadap orang lain –dalam
kajian sosial kita mengenal istilah patron-klien.
Sumenep, Madura |
Uang secara tidak langsung juga
memiliki kuasa dalam membentuk perilaku seseorang. Sebagai contoh, orang yang
terbiasa mendapatkan uang (secara mudah) dengan meminta-minta cenderung nyaman
berprofesi sebagai pengemis. Fenomena ini mudah di jumpai khususnya di
Indonesai. Tengok saja berita-berita lampau ihwal pengemis musiman (lebaran)
yang terjadi beberapa tahun belakangan.
Ihwal ini, manusia sebagai
makhluk berakal, beragama, dan berbudaya seharusnya dapat mengambil sikap lebih
baik dalam menilai uang. Terlebih, teks agama berkali-kali mengingatkan akan
ke-fana-an hal-hal duniawi, termasuk uang. Sebab uang bukanlah segalanya. Ia bukan
sumber kebahagiaan sejati, tapi kebahagiaan sejatinya muncul dan ada di dalam diri.
Comments
Post a Comment