Skip to main content

CelotehKu; Menilai Diri

 

Wisata Boekit Tinggi Sumenep

Suara ramai anak-anak tengah bermain di sebelah rumah terdengar begitu renyah, yang menandakan bahwa mereka sangat menikmatinya. Menikmati masa-masa tumbuh kembang, belajar, bermain, dan berinteraksi. Konon, masa-masa itu lah yang cukup berpengaruh membentuk karakter dan kecakapan anak dalam berinteraksi. Aku pun pernah ada pada posisi itu, menyenangkan jika diingat-ingat. Tetapi, apakah memang benar aku menikmati masa-masa itu? Apakah benar aku ada pada tahapan tersebut, dimana aku bermain dan belajar bersama mereka teman-teman kecilku? Boleh jadi. Entahlah.

Tetapi, aku juga berpikir permainan dan interaksi macam apa yang aku lakukan dulu sehingga membentuk karakterku seperti sekarang? Ataukah karakterku yang pemalas dan pengecut ini dibentuk oleh hal-hal lain diluar interaksiku dengan teman-teman? Apakah aku mendapat pengaruh buruk dari tontonan media semasa kecil?

Dalam hal kesetiaan dan tanggung jawab menjaga amanah saja aku tak bisa. Aku mudah sekali tergiur dengan hal-hal baru yang terlihat wah. Atau jika tidak seperti itu, aku merasa lemah dan tidak pantas ada pada posisi tersebut, atau juga terkadang takut dikhianati. Perasaan-perasaan negatif tersebut seringkali berkelebat di dalam pikiranku sehingga mempengaruhiku melakukan dan mengambil keputusan yang tidak tepat.

Secangkir Kopi

Mungkin saja hal hal payah dalam diriku terbentuk dan mengkristal akibat dari miskinnya ilmu dan bacaan. Banyak buku yang ku koleksi tak benar-benar banyak yang aku baca atau ku ingat isinya. Entah, apakah otakku kurang nutrisi atau bagaimana. Entah apakah otakku menjadi tumpul karena jarang terasah. Padahal itu persoalan sepele, tak terselesaikan juga dari dulu. Seharusnya jika aku memang punya pikiran seperti itu, semisal otakku tumpul gara-gara kurang asupan nutrisi, tingga perbanyak saja makanan-makanan yang bergizi dan bagus bagi kesehatan tubuh dan otak. Sementara jika diakibatkan oleh sedikitnya belaja dan membaca, tingga menambah porsi untuk membaca saja?

Lantas aku teringat syair berisikan keluh kesah imam ghazali kepada gurunya ihwal buruknya hafalan yang dimilikinya? Sang guru kemudian membimbingnya untuk tidak lagi mendekati hal-hal durhaka kepada Allah Swt. Menurt sang guru, ilmu itu adalah cahaya. Dan sudah barang tentu pancaran cahaya yang dianugerahkan Tuhan tersebut sampai kapanpun tidak akan mengarahkan manusia pada keburukan dan hal-hal durhaka kepada-Nya.

Apakah otakku menjadi tumpul, ingatanku menjadi lemah, karena terkikis oleh dosa-dosa yang ku perbuat? Lagi-lagi secara logis, mudah untuk menjawab pertanyaan ini; tinggalkan semua hal-hal yang membuatmu berbuat dosa. Pertanyaan yang tepat sebenarnya adalah, apa aku mau melakukannya, meninggalkan perbuatan-perbuatan jahat dan durhaka kepada-Nya, sementara hal itu adalah hal-hal yang terasa nikmat? Jawabnya, aku terlalu lemah, tak peka, tak bisa merasakan nikmat-nikmat Tuhan yang selama ini telah Ia berikan. Maafkan aku Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

CelotehKu: Menuju Tak Terbatas, Wujudkan Mimpi

Barus, Tapanuli Tengah Mimpi sekedar menjadi angan apabila tidak diupayakan dan diperjuangkan sehingga menjadi nyata. Seperti halnya sepeda tidak akan pernah berjalan tanpa digoes. Buah mangga akan tetap berada di pohonya, jika kau mendamba maka panjat dan petiklah. Sesederhana itulah perumpamaannya. Tuhan menerapkan hukum alam ketika dunia dicipta-Nya. Tak perlu berburuk sangka, bahwa mimpi, cita-cita, sekedar khayal pikiran yang setiap saat dapat berubah seiring berubahnya selera. Memang ia sekedar angan tak berarti jika tak kau upayakan. Dan untuk mewujudkan mimpi, Tuhan pun telah menganugerahkan berbagai potensi kepada kita, manusia. Tentunya kita sekalian tidak ingin mengkhianati diri, mengkhianati potensi itu bukan? Candi Sambisari Menuju Tak Terbatas; Wujudkan Mimpi Salah satu dongeng nusantara menyebutkan bahwa candi sewu (seribu candi) konon hampir bisa dibangun dalam waktu semalam oleh seorang pemuda bernama Bandung Bondowoso. Candi-candi itu ia bangun sebagai syarat yang d

CelotehKu; Membuang Pikiran Kotor

  Sepertinya pikiranku kembali mulai kotor. Aku tak bisa berpikir jernih, bahkan untuk menulis artikel yang bahannya sudah ku baca pun rasanya begitu sulit. Hampir tak satupun kalimat lengkap muncul di pikiran. Sekedar terasa sedikit berat seperti tengah diikat, itu saja yang aku rasakan. Oleh sebab itu, aku sejenak memutuskan untuk membuat halaman baru dan menulis bebas dalam rangka menstimulasi otak  dan melatih diri agar dapat berpikir kembali sembari membuang pikiran-pikiran negatif. Barangkali tontonan-totonan tak sehatlah yang terus menggerus pikiran warasku beberapa hari ini. Amat bahaya memang jika setiap hari yang dikonsumsi otak adalah ‘makanan’ tak sehat, lebih-lebih itu dilakukan dalam intensitas yang cukup tinggi. Sebab hal itu dapat tertanam jauh di dalam alam bawah sadar tanpa kita sadari. Tak salah apa yang disarankan para pakar agar senantiasa memberikan ‘nutrisi’ bagi akal sehat. Akal sehat pun dapat berubah tak waras jika terus-terusan mendapat makanan sampah, s

CelotehKu: Menyoal Kuasa Uang!

Gerbong Kereta Sri Tanjung Salah satu kekhawatiran terbesar manusia adalah tidak adanya uang. Ini menjadi niscara sebab hampir semua lini kehidupan manusia tidak bisa lepas dari uang. Uang merupakan sistem yang manusia ciptakan sendiri sebagai tolok ukur akan kepemilikan harta. Ia telah melewati sejarah panjang, bahkan bentuknya di masa dulu pun berbeda dari yang ada sekarang. Sejatinya, uang adalah sistem ciptaan manusia sendiri untuk mempermudah segala aktivitasnya dalam hal ekonomi . Mulai dari jual beli, upah, dan lain sebagainya. Tentu tidak terbayang betapa susahnya jika sistem transaksi jual-beli manusia masih menggunakan barter atau tukar menukar barang yang memiliki nilai setara. Bayangkan saja, benda apa yang akan digunakan sebagai alat tukar menukar seseorang yang ingin memiliki pesawat pribadi misalnya? Meski demikian, dalam perkembangannya uang yang tadinya digunakan untuk mengukur dan menilai kekayaan seseorang seakan telah berubah menjadi alat untuk menguku